
Dari berbagai tahun keberangkatan haji yg sudah lalu tenda di Arafah dan Mina selalu menjadi pusat perhatian jamaah Haji, terutama Mabit di Mina yang membutuhkan 3 malam
Pada Haji 2025 ini banyak Kloter yang tidak mendapatkan Tenda wukuf di Arafah dan sangat tidak nyamannya Tenda di Mina yang 1 tenda harusnya di isi 200 jamaah tetapi diisi 300 jamaah.
Kondisi ini disebabkan banyaknya Tenda Mewah di Arafah dan Mina untuk Jamaah Haji Plus dan Furoda tanpa mempertimbangkan kebutuhan Tenda Jamaah Haji Reguler.
Pemakaian Fasilitas yang tidak terencana dengan baik ini oleh Pemerintah Arab Saudi, Syarikah dan PPIH menyebabkan jamaah banyak terlantar pada Armuzna
Seharusnya PPIH dan Syarikah secara Adhoc sudah menghitung, memeriksa dan membagi tenda ini berdasarkan Kloter, daya tampung Tenda, letak yang sesuai dengan memberi peta maktab sebelum keberangkatan ke Arafah dan Mina, sehingga tidak ada lagi jamaah yang tidak mendapatkan Tenda, bukan hanya membagi berdasarkan zona yang sangat beresiko bagi Jamaah Haji.
Harapan jamaah dengan adanya BPH menggantikan Kemenag sebagai operator haji 2026 harus menata ulang manajemen pengelolaan Haji Indonesia yang meliputi antara lain :
- Data final Kloter, Rombongan dan Regu sebelum menjadi Data Visa
- Mengatur prosedur persiapan dan pemberangkatan Haji dari daerah hingga ke Embarkasi dan sebaliknya
- Menyeleksi Petugas Haji Daerah, ketua kloter, pembimbing ibadah, pendamping dan tenaga kesehatan yang benar benar bertanggung jawab dan berkoordinasi dengan PPIH sebagai satu satuan kerja.
- Menempatkan Kloter pada Hotel yg mampu menampung 1 kloter sehingga tidak terpisah pisah
- Menjamin pelayanan konsumsi yang sesuai standar makanan Jamaah
- Mengatur jadwal keberangkatan dan mengatur Transportasi ke Arafah, Muzdalifah dan Mina kepada Syarikat Tunggal / Operator Armuzna dari Kerajaan Saudi
- Menghentikan sementara Haji khusus dan Furoda sebelum terlaksananya pelayanan yang maksimal bagi haji Reguler (H.Dolly Siregar)